Menghadapi Tantangan Instanisme dan Regulasi Pemerintah: Kopkardios Tidak Gentar Pemerintah Bentuk Koperasi Merah Putih

Jajaran Pengurus dan Badan Pengawas KSP Kopdit Kopkardios.
Jajaran Pengurus dan Badan Pengawas KSP Kopdit Kopkardios.
Sumber :
  • Jo Kenaru

Manggarai, NTT VIVA– Salah satu problem mendasar yang dihadapi masyarakat Indonesia adalah budaya instanisme.

Kecenderungan ini seringkali membuat masyarakat lebih memilih solusi cepat dan mudah, tanpa mempertimbangkan risiko jangka panjang. Fenomena ini sangat terlihat dalam penggunaan jasa rentenir, yang menawarkan pinjaman uang dengan bunga tinggi.

Wakil Ketua KSP Kopdit Kopkardios, Kanisius Teobaldus Deki, menegaskan bahwa kehadiran koperasi seperti Kopkardios merupakan salah satu upaya untuk melawan budaya instanisme tersebut.

“Melalui pendidikan dan kesadaran kolektif, Kopkardios berusaha mengajak masyarakat untuk memahami pentingnya perencanaan keuangan yang baik dan menghindari praktek rentenir yang merugikan,” ungkap Deki, dalam jumpa pers RAT ke-25 di Kantor Kopkardios Ruteng, Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Kamis, 13 Maret 2025.

Namun, menurut penulis buku yang biasa dipanggil Nick Deki itu, peran koperasi dalam masyarakat tidaklah mudah sebab terkadang koperasi harus berhadapan dengan regulasi pemerintah yang seringkali tidak mendukung.

“Contohnya, kehadiran Koperasi Merah Putih yang digagas oleh pemerintah dapat dianggap sebagai upaya untuk merusak koperasi yang sudah ada dan berkembang secara mandiri,” ucap Deki.

Selain peluncuran Koperasi Merah Putih, regulasi pemerintah seperti open loop dan close loop juga dapat dianggap sebagai intervensi yang tidak ramah terhadap koperasi kredit.