Seruling Tulang Purba Ribuan Tahun yang Menguak Tradisi Musik Awal Umat Manusia
- Istimewa
NTT ViVa– Sebuah seruling tulang purba berusia lebih dari 8.000 tahun yang ditemukan di situs arkeologi Sang-e Chakhmaq, Iran, memberikan gambaran langka mengenai tradisi musik paling awal umat manusia.
Seruling ini terbuat dari tulang burung migratori besar dan memiliki empat lubang utama serta satu lubang tambahan di ujungnya.
Pembuatan seruling ini menggunakan alat batu, yang meninggalkan bekas potongan yang masih terlihat pada permukaannya, menunjukkan keahlian tinggi masyarakat Neolitik pada masa transisi dari Neolitik pra-tembikar ke Neolitik tembikar.
Sang-e Chakhmaq, yang berarti "bukit batu api," merupakan salah satu situs Neolitik terpenting di Iran, dengan rentang waktu dari milenium ke-7 hingga awal milenium ke-5 SM. Situs ini terdiri dari dua bukit, timur dan barat, yang merekam perubahan budaya dari periode Neolitik tanpa tembikar hingga awal Chalcolithic, termasuk perkembangan rumah dari bata lumpur, alat batu, figur tanah liat, serta awal penggunaan tembaga.
Penemuan seruling tulang ini di bukit timur menambah pemahaman tentang penyebaran pertanian, tembikar, dan teknologi awal di kawasan tersebut, yang menjadi persimpangan budaya antara Asia Tengah dan Iran tengah laut.
Selain sebagai alat musik, seruling tulang ini kemungkinan memiliki fungsi sosial dan budaya yang beragam, seperti digunakan dalam ritual atau upacara untuk berkomunikasi dengan dunia gaib, menandai peristiwa penting, mengiringi tarian bersama, serta membantu dalam berburu atau menggiring hewan dengan meniru suara binatang atau memberi sinyal jarak jauh.
Penggunaan dan pembuatan seruling ini mencerminkan sejarah alat musik awal yang menegaskan pentingnya suara dan ritme dalam masyarakat Neolitik.