Menyelami Filosofi Songke Manggarai: Proses Tenun yang Rumit dan Motif Penuh Makna
- Yohanes. M
Manggarai, NTT ViVa– Indonesia memiliki banyak variasi dalam tekstil tradisionalnya, salah satunya adalah Songke Manggarai. Kain tenun ini berasal dari Kabupaten Manggarai, yang terletak di bagian barat Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Songke merupakan simbol identitas masyarakat Manggarai yang kaya akan sejarah dan filosofi yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Sejarah panjang Kain Songke Manggarai
Asal usul kain Songke dapat ditelusuri dari sejarah panjang yang melibatkan tiga wilayah Manggarai yang dahulu bersatu, yaitu Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur.
Kain ini berevolusi melalui interaksi budaya antara masyarakat Manggarai dan suku-suku lainnya, terutama ketika Kesultanan Goa berkuasa di Flores pada abad ke-17. Pada tahun 1722, Sultan Goa menyerahkan wilayah Manggarai sebagai mas kawin kepada Sultan Bima, yang turut membentuk motif dan filosofi kain Songke yang kini dikenal luas.
Proses Tradisional yang Rumit Menggunakan Alat Tradisional
Pembuatan kain Songke melibatkan teknik tenun yang membutuhkan ketelitian tinggi dan memakan waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Para pengrajin, mayoritas perempuan dari desa-desa Manggarai, memanfaatkan alat tradisional seperti pesa, lihu, mbira, dan keropong. Mereka mengatur benang lungsin (vertikal) dan pakan (horizontal) dengan motif khas yang dibuat dari benang berwarna kontras.