Mengulik Proses Tradisional Krecek Rebung Lumajang, Kuliner Berkelas dari Bambu Muda
- pixabay
NTT VIVA – Lumajang, sebuah kabupaten di Jawa Timur, tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya seperti Gunung Semeru, tetapi juga kekayaan kuliner tradisionalnya. Salah satu hidangan ikonik yang mencuri perhatian adalah krecek rebung, sajian unik berbahan dasar bambu muda yang kini diakui sebagai warisan budaya takbenda Indonesia.
Berbeda dari krecek yang biasanya terbuat dari kulit sapi, krecek rebung Lumajang menggunakan rebung (bambu muda) sebagai bahan utama. Proses pengolahannya yang masih mempertahankan metode tradisional menjadi salah satu alasan cita rasanya begitu khas. Selain kelezatannya, krecek rebung ini juga mencerminkan identitas budaya masyarakat Lumajang, terutama di kawasan Pasrujambe.
Menurut Lukman, seorang produsen krecek rebung di Lumajang, keunikan hidangan ini terletak pada proses pengasapan yang panjang.
Proses Pembuatan yang Rumit dan Tradisional
Membuat krecek rebung bukanlah pekerjaan mudah. Berikut tahapan tradisionalnya:
1. Pemilihan Rebung Berkualitas
Rebung terbaik dipilih langsung dari bambu muda yang segar. Bambu muda ini dipotong dan dibersihkan hingga siap diolah.
2. Proses Perebusan
Rebung direbus selama dua hingga tiga jam untuk menghilangkan rasa pahit alaminya. Perebusan ini juga bertujuan untuk melembutkan tekstur rebung agar lebih mudah diolah.
3. Pemotongan dan Penusukan
Setelah direbus, rebung dipotong kecil-kecil dan ditusuk menyerupai sate. Langkah ini memberikan bentuk khas krecek rebung yang mudah diolah saat dimasak.
4. Pengasapan Tradisional
Rebung yang telah ditusuk kemudian diasapi di atas tungku tradisional. Proses ini berlangsung selama satu hingga dua bulan untuk menghasilkan aroma khas dan rasa yang kuat.
Pengasapan tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan cita rasa tetapi juga sebagai metode pengawetan alami, membuat krecek rebung tahan lama tanpa bahan pengawet.
Krecek rebung Lumajang biasanya dimasak dengan bumbu khas seperti santan, rempah-rempah, dan opor. Hidangan ini sering disajikan bersama lontong, sambal petis, bumbu kedelai, dan telur goreng. Kombinasi rasa gurih, pedas, dan aroma asap menciptakan pengalaman kuliner yang sulit dilupakan.
Pada bulan Desember 2024, Kementerian Kebudayaan Indonesia menetapkan krecek rebung Lumajang sebagai warisan budaya takbenda. Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap keberagaman kuliner tradisional Indonesia sekaligus upaya melestarikan tradisi lokal.
Menurut Nugraha Yudha, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lumajang, pengakuan ini bukan hanya untuk krecek rebung, tetapi juga bagi masyarakat Lumajang yang terus menjaga tradisi dan nilai budaya leluhur mereka.
Keunikan dan kelezatan krecek rebung Lumajang telah menarik perhatian wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Selain mencicipi kuliner ini, pengunjung juga bisa menyaksikan langsung proses pembuatannya, sebuah pengalaman budaya yang edukatif dan mengesankan.
Sebagai bagian dari identitas budaya, krecek rebung Lumajang memiliki nilai lebih dari sekadar kuliner. Hidangan ini adalah warisan tradisi yang menghubungkan generasi masa kini dengan warisan leluhur.
Dengan terus melestarikan metode tradisional pembuatannya, krecek rebung Lumajang tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat setempat tetapi juga aset budaya yang patut dijaga oleh seluruh bangsa Indonesia.
Disclaimer: Artikel ini sudah ditayangkan di jatim viva dengan judul "Keunikan Krecek Rebung Lumajang: Kuliner Tradisional yang Menjadi Warisan Budaya Takbenda".