SMA Katolik Frateran Surabaya Mendapat Sorotan dari Pendidikan Internasional

SMA Katolik Frateran Surabaya
Sumber :
  • Arnoldus Dewa

ENDE VIVA - Kementerian Pendidikan Madagaskar melakukan kunjungan keduanya di SMAK Frateran Surabaya yang beralamat di Jl. Kepanjen No 8, Surabaya itu pada Senin (9/12).

 

Kunjungan tersebut semakin mengukuhkan reputasi Frateran Surabaya sebagai salah satu sekolah dengan sistem pendidikan yang inovatif dan berkualitas.

 

Pada kunjungan pertama yang dilakukan Juli 2023, delegasi Madagaskar terkesan dengan penerapan Kurikulum Merdeka dan platform pembelajaran berbasis teknologi di SMAK Frateran Surabaya.

 

Kali ini, delegasi Kementerian Pendidikan Madagaskar kembali menggali lebih dalam mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan pengembangan sumber daya manusia di lingkungan sekolah.

 

"Kami serius mengembangkan teknologi untuk kebutuhan pendidikan. SMA Katolik Frateran Surabaya saat ini sudah punya beberapa platform yang bisa dimanfaatkan siswa dan guru sejak masuk sekolah sampai penilaian akhir,” terang Kepala SMAK Frateran Surabaya Fr Wilhelmus S. Sura, SpD, MM.

 

Delegasi Kementerian Pendidikan Madagaskar melakukan kunjungan ke SMA Katolik Frateran untuk mendalami inovasi IT dan pengembangan sumber daya manusia di lingkungan sekolah.

 

Dalam paparannya, Waka Kurikulum SMA Katolik Frateran Surabaya, Stephanus Sulistyantoro M.Pd menjelaskan, Frateran Learning Community (FLC) adalah platform pembelajaran daring berbasis Moodle.

 

"Platform ini memungkinkan personalisasi pembelajaran bagi setiap siswa. FLC dapat mengakomodasi perbedaan kecepatan belajar siswa. Materi belajar bisa diakses kapanpun, setiap saat, bukan hanya saat di dalam kelas,” terangnya.

 

Salah satu aspek yang menarik perhatian delegasi dari Madagaskar adalah sistem rekrutmen guru di Frateran. 

 

Sekolah ini menerapkan tes kepribadian (DISC test) untuk menilai kesesuaian calon guru dengan nilai-nilai sekolah.

 

Selain itu, Frateran juga memberikan dukungan penuh bagi guru untuk melanjutkan studi S2 dengan beasiswa. 

 

Seluruh guru memiliki kualifikasi akademik minimal S-1. Dan, sudah banyak di antaranya yang memiliki sertifikasi.

 

Hingga saat ini, sebanyak 20 dari 64 guru dan staf telah menyelesaikan pendidikan Magister. SMA Katolik Frateran menargetkan seluruh guru dan staf menyelesaikan S-2 pada 2025 dengan dukungan beasiswa penuh dari pihak sekolah.

 

“Selain itu, kami rutin mengadakan workshop dan membentuk komunitas belajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,” jelas Stephanus.

 

Sekjen Kementerian Pendidikan Madagaskar, Robson Patricia mengakui negaranya masih menghadapi sejumlah tantangan dalam bidang pendidikan, seperti rendahnya prestasi siswa, kurangnya kualitas guru, dan terbatasnya akses terhadap pendidikan menengah dan tinggi.

 

"Kunjungan kami ke Frateran diharapkan dapat memberikan inspirasi dan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut,” ungkapnya.

 

Robson berterima kasih atas sambutan hangat dari SMA Katolik Frateran Surabaya. Kunjungan Kementerian Pendidikan Madagaskar ke SMA Katolik Frateran Surabaya menjadi bukti bahwa pendidikan di Indonesia mampu bersaing di kancah internasional.