Asosiasi Perfilman Kediri Gelar Bedah Film di Bioskop SAM’S Studios

Foto Acara bedah film di SAM'S Studios
Sumber :
  • Mikael Risdiyanto

NTT – Asosiasi Perfilman Kediri atau yang dikenal dengan sebutan APIK melaksanakan  Bedah Film di SAM’S Studios pada 13  Januari 2024 pukul 18.30 – 20.30 WIB. Acara bedah film diikuti 130 orang yang didominasi pelajar SMK Kediri, Nganjuk, Pare beserta guru, ada juga dari masyarakat umum dan dari komunitas fim.

Terkait Bedah Film di SAM’S Studios Suhada Ketua Umum APIK kepada media ini menerangkan, “Saat ini untuk kegiatan bedah film atau screening film kita belum ada tempat yang proper, kalaupun sewa di gedung bioskop tentu butuh biaya yang mahal. Jika itu dilaksanakan oleh asosiasi atau masyarakat tentu kesulitan terkait pembiayaan.”

“Kita berkenalan dengan SAM’S Studios guna menjembatani hal tersebut, jadi biaya sewa per 2 jam di SAM’S Studios sebesar 3 juta rupiah. Sebelumnya dari diskusi kita terkait SAM’S sebagai penyedia jasa pemutaran film yang baru di Kota Kediri bersedia bekerja sama dengan APIK untuk menyediakan tempat tersebut, “ungkapnya.

Dikatakan, “Untuk biaya gedung free cuma mengganti snack dan minum senilai 30 ribu per pack. Jadi ini merupakan kerjasama yang baik untuk saat ini. Bioskop semacam ini menjadi pilihan yang menarik secara pembiayaan. Kemarin rinciannya, peserta hanya dikenakan biaya pendaftaran 10 ribu rupiah sedangkan yang 20 ribu ditanggung oleh penyelenggara  yakni DOSS Toko Kamera Indonesia yang pada saat ini DOSS merupakan Toko Kamera yang terbesar di Indonesia.”

Dalam kesempatan itu Suhada juga membeberkan bahwa pihak DOSS sering menyelenggarakan edukasi atau workshop keliling Indonesia. “Jadi seiring dengan misi asosiasi membangun ekosistem perfilman di Kota Kediri. Selain menjual kamera pihak DOSS Kota Kediri juga bertanggungjawab memberikan workshop terkait pembuatan film,” tegasnya.

Foto. Suhada Ketua Asosiasi Perfilman Kediri

Photo :
  • Mikael Risdiyanto

Film lokal yang dibedah berjudul OALAH karya Bari Kelana dan MERAH PUTIH karya Ari Iswahyudi. Acara tersebut dimoderatori dr. Zainal Andi dan dihadiri Benny Kadarhariarto salah satu Cinematography Indonesia.

Saat bedah film Benny Kadar menjelaskan utamanya proses pembuatan film yang berawal dari ide. Bagaimana menggali ide dari tahapan development, brainstorming hingga sampai produksi film. “Jadi dijelaskan A sampai Z bagaimana proses membuat film,” ucap Ketua APIK.

Ia menekankan ada lima proses yang dibahas diantaranya, (1) development, (2) Pra Produksi, (3) Produksi, (4) Pasca Produksi dan terakhir (5) distribusi. Itu yang dikupas dalam bedah film.

Suhana menyampaikan, “Kita ada agenda rutin bulanan diskusi film, kita laksanakan minggu pertama pada awal bulan. Jadi siapa saja bisa ikut berpartisipasi mengirimkan karyanya untuk dilakukan screening film karena disitu banyak diskusinya membahas bagaimana proses terjadi film tersebut, bagaimana pembuatannya, dan bagaimana kesulitannya.” 

“Selama ini tempat diskusi dilaksanakan di Warung Setono Gurih Jalan Untung Suropati yang sekarang namanya menjadi RUMAH BUDAYA KEDIRI, jadi setiap bulan diskusi digelar disitu. Warung tersebut bekerjasama dengan APIK memberikan tempatnya secara gratis,” sambungnya.

Terkait tema film yang diangkat, pihak APIK menegaskan siapapun bebas memilih tema namun diarahkan pada film-film yang mengandung edukasi, film yang ramah anak. Jadi untuk film yang genre kekerasan dan lain-lain sementara pihak asosiasi tidak membuka peluang untuk itu. 

Menurut Suhada tujuan yang dicapai pada bedah film adalah edukasi. 

“Saat ini kan pihak APIK berkomitmen untuk membangun ekosistem perfilman di Kediri. Dan syarat membangun ekosistem itu salah satunya adalah edukasi atau pendidikan. Jadi langkah awal yang kita lakukan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan edukasi,” tandasnya.

Perlu Channel Khusus Tampung Film dari Kediri

Saat ditanya jika ada masyarakat ingin melihat karya-karya film dari Kediri bisa melihat dimana? 

Ketua APIK mengatakan, “Saat ini belum ada channel khusus untuk menghimpun karya teman-teman di Kediri. Jadi masih belum dilakukan karena kita masih ada tahap perkenalan dengan yang membuat film itu sendiri dan meminta ijin untuk diputar. Banyak film dari teman-teman itu yang sifatnya pribadi, biasanya film-film yang pernah ikut festival. Jadi secara komersial masih belum ada, memang sih beberapa waktu lalu pernah dibuat film panjang di Kediri seperti Film  PEKA 1 dan PEKA 2 namun itu baru satu karya.”

“Kedepan kita akan membuat channel khusus guna menampung film-film yang diproduksi di Kediri. Kita akan segera membuat channel tersebut agar siapapun mudah mengakses,” cetus Suhada.

Pada acara bedah film pihak APIK mengaku turut mengundang dari unsur Pemerintah Kota Kediri yakni Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga (Disbudparpora) dan Dinas Pendidikan namun tidak hadir.

Ketua APIK berharap, “Pertama, untuk tahap awal kita mau investasi secara kompetensi dan diharapkan pelaku-pelaku perfilman yang ada di Kediri ini secara kompetensi bisa standar. Kedua, banyak digelar pelatihan atau workshop secara rutin dari berbagai kalangan termasuk pelajar dan umum. Ketiga, diharapkan di Kediri bisa menggelar festival film tahunan pelajar karena di Kediri ini potensi siswa SMK itu sebanyak 25 ribu pelajar. Jadi menurut saya potensi cukup besar untuk ukuran kota sekecil ini.”

“Perlu dicatat, agar harapan dunia perfilman tercapai harus memperhatikan triangle yakni komunitas, pemerintah dan masyarakat. Kalau tidak ada hubungan segitiga yang baik tentu apa semua program yang kita rencanakan tidak akan terwujud,” pungkasnya.