Petani dan Pengurus Pamsimas Murka, Tambang Pasir CV. BSE di Kali Putih Gandusari Digeruduk

Foto. Aditya Putra Mahardika
Sumber :
  • Mikael Risdiyanto

BLITAR, NTT VIVARatusan massa yang berasal dari beberapa desa di wilayah Kabupaten Blitar mendadak marah, mereka mendatangi area tambang pasir yang dikelola CV. Barokah Sembilan Empat (BSE) di Gedang Pitu Kali Putih, Desa Sumberagung – Kecamatan Gandusari Kamis, 13 Maret 2025 sekitar pukul 09.00 pagi. Menurut peserta aksi. Kedatangan mereka secara spontan, bentuk akumulasi sikap atas permasalahan aktivitas tambang CV. BSE berdampak negatif kepada lingkungan khususnya ancaman hilangnya sumber air dan rusaknya saluran irigasi pertanian.

Kapuspenkum Kejagung RI Tanggapi Kajari Manggarai Ikut Studi Banding dengan Terperiksa Kasus Dugaan Korupsi

Berdasarkan pantauan media ini, massa yang datang secara bergelombang dari beberapa desa yang tersebar dari beberapa kecamatan di Kabupaten Blitar. Aksi diawali dari orasi perwakilan petani yang bernama Renal. “Kita hanya bisa diam kalau trus diinjak seperti ini, sekarang kita harus ngapain bapak-bapak. Alat berat ini mau kita apakan? Ya kita usir dulu kalau tidak mempan besok-besok kesini lagi kita bakar, teriaknya diwarnai sorak sorai warga.

Dikatakan, “Robi (diduga anggota Polda Jatim-red) dan Pak Aditya (perwakilan direksi) mau kesini sendiri atau mau digotong bareng-bareng sekalian begonya (alat berat). Ayo nunggu apa, apa kalian tidak malu disini. Ini puasa pak, jangan bikin kami marah.”  

GRATIS! Begini Cara Masuk Ancol Tanpa Biaya Selama Ramadhan 2025 , Jangan Sampai Ketinggalan!

Perwakilan petani lainnya yang bernama Harmuji dalam orasinya menyatakan, Kami petani menuntut hak-hak kami yaitu kelancaran air yang akhir-akhir ini sangat terganggu baik jumlah debitnya atau warna atau jumlah sedimentasinya sangat mengganggu bagi tanaman yang ada di wilayah 4 kecamatan yaitu Garum, Gandusari, Talun dan yang paling akhir Kanigoro.”

 

10 Rekomendasi Jualan Takjil dengan Modal Kecil, Dijamin Laris!

Foto. Tampak aparat kepolisian dan TNI menjaga proses dialog

Photo :
  • Mikael Risdiyanto

 

“Maka dari itu, kami dari pagi diantara 21 desa tadi meski belum seluruhnya menyatakan kompak namun kita ingin menuntut hak-hak kita. Tuntutannya,mulai hari ini penambangan harus ditiadakan, setuju bapak,” teriaknya lantan dan diamini peserta aksi. “Mulai hari ini alat berat harus keluar dari lokasi,” timpalnya.

“Kami mengharapkan dari perwakilan petani bisa berdialog dengan perwakilan pihak penambang atau pihak CV. Intinya kami menuntut hak kami secara baik-baik atau secara damai. Kami tidak membuat anarkis, kami tidak akan membuat kerusakan, karena kami sudah dirusak terlebih dahulu. Kalau ada pernyataan kenapa kok hari ini diadakan demo kami menganggap pertama karena sudah terlalu lama air kita sudah diobok-obok. Kedua, karena ini bulan puasa mudah-mudahan apa yang kita tuntut oleh Allah dikabulkan,” sambungnya.   

Di sela – sela aksi massa, Kapolsek Garum AKP Punjung Setyo Himawan mencoba menjembatani komunikasi antara warga dengan pihak CV. BSE. “Saya bersama Kapolsek Gandusari akan mengamankan seluruh kegiatan njenengan sedoyo.” 

“Pertama kami menghimbau dan mengajak kepada seluruh warga petani ini silakan disampaikan unek-uneknya namun jangan ada kata-kata provokatif. Kedua, kita sudah koordinasi dengan pengusaha tambang ini dan sebentar lagi akan datang, silakan ditunjuk perwakilan karena kalau seluruhnya ikut ngomong nggak ketemu,” tegas Kapolsek Garum.

Dalam dialog, perwakilan petani mengungkapkan, “Seperti yang disampaikan tadi bahwa air tidak sebersih kemarin, yang kedua air itu yang mengalir sudah mengalami sedimentasi jadi yang mengalir bukan air bersih tapi ndut (lumpur). Ini kalau direlokasi nggak mungkin pak, karena itu pasti menunggu besok-besok, padahal yang kami butuhkan adalah sekarang. Reklamasi itu apaan pak, itu menunggu habis baru reklamasi. Logikanya kami hancur dulu baru diperbaiki, in ikan nggak mungkin,” ucapnya.

“Selain itu masalah saluran irigasi, karena pernah ambrol. Takutnya kalau disini rusak, kan direklamasi dan pasti pindah ke selatan. Dan pasti di selatan akan hancur lagi trus gimana itu. Tuntutan kami yang terakhir alat berat disini harus pergi dari Kali Putih termasuk para penambangnya. Kita ingin Kali Putih dikembalikan untuk tambang yang manual saja, itu lebih ramah.”

Menanggapi itu hal itu Aditya Putra Mahardika perwakilan dari CV. Barokah Sembilan Empat (BSE) menjawab tuntutan peserta aksi. “Ada anggaran Dana Alokasi Khusus, terus ada APBN lagi. Terkait hal ini saya mohon waktu, karena saya akan berkoordinasi dengan kejaksaan nanti kita usut  secara administratif. Kita juga akan usut kemarin siapa yang merusak mohon saya didampingi di kejaksaan ke Kasi Pidsus, karena ini pertanggungjawaban ke perusahaan.” 

Atas jawaban tersebut warga menghardik, “Tidak bisa! saya minta tanggapan dipercepat, jangan mbulet-mbulet dari tadi kami masih sabar!”

“Apakah permintaan kita disetujui? Kalau memang tidak bisa Bapak Robi dihadirkan disini, karena saya dengan pimpinannya Bapak Robi,” ujar Renal perwakilan petani. 

Namun ungkapan itu buru-buru dibantah Aditya, “Tidak ada Bapak Robi di BSE.” 

Kembali Renal menanyakan siapa pimpinan CV. BSE? 

Dan dijawab Aditya, “Monggo kita ngopi sambil berhitung data.”

Kepada awak media, Aditya Putra Mahardika menegaskan bahwa beroperasi atau tidak, pihaknya masih berkoordinasi dengan jajaran direksi. 

“Terkait di ESDM terdapat one map data system disitu terlihat petaknya seperti apa jadi masyarakat bisa cek, kami tidak bisa menutup-nutupi,” cetusnya.