“Keajaiban pada Sepotong Roti”: Kisah Pengemis Tua di Sudut Madinah yang Selalu Bersedekah

- AI Freeepik
NTT ViVa– Di sebuah sudut yang tenang di kota Madinah, di dekat masjid yang megah, ada seorang pengemis tua yang telah lama hidup dengan cara yang sangat sederhana. Namanya adalah Abu Bakar, seorang pria yang sudah dimakan usia, tubuhnya kurus dan tangan serta wajahnya dipenuhi keriput. Namun, meskipun hidupnya penuh dengan keterbatasan, hatinya selalu lapang untuk memberi.
Setiap hari, ia duduk di sudut jalan itu dengan membawa sebuah wadah kecil, menunggu orang-orang yang datang menyumbang kepadanya. Ia bukan hanya meminta, tetapi juga memberi. Meskipun ia tidak memiliki banyak, Abu Bakar selalu berbagi dengan siapa pun yang membutuhkan. Ia meyakini bahwa kekayaan sejati bukanlah apa yang dimiliki seseorang, tetapi apa yang diberikan kepada orang lain. Setiap hari, ia memberikan sebagian kecil dari apa yang dimilikinya, meski sering kali hanya sepotong roti atau air dingin dari rumah sederhana yang ia tinggali.
Pagi Idul Fitri itu, suasana Madinah sangat berbeda. Semua orang mengenakan pakaian terbaik mereka, bersiap untuk merayakan hari kemenangan setelah sebulan berpuasa. Jalan-jalan dipenuhi dengan orang-orang yang datang dari berbagai penjuru kota menuju masjid Nabawi untuk melaksanakan salat Idul Fitri.
Suara takbir yang menggema menyelimuti kota, menyambut hari yang penuh berkah. Namun, di sudut jalan itu, Abu Bakar tetap duduk dengan tenang, memandang dengan mata yang penuh harapan. Walaupun ia tahu bahwa hari itu adalah hari yang penuh kebahagiaan bagi banyak orang, hatinya tetap merasakan kesendirian. Perutnya yang kosong terasa semakin lapar, karena ia hanya memiliki sepotong roti yang sudah mulai keras di tangannya. Tetapi, ia tidak merasa kesepian, dan senyumnya tetap terlihat di wajahnya yang penuh dengan garis usia.

Tangan yang bersyukur di depan Masjid
- Freepik