Stoikisme: Sebuah Panggilan untuk Ubah Hidupmu, Kendalikan Emosimu, dan Dapatkan Kedamaian!
- Luc Emergo/Shutterstock
Ntt ViVa– Pernahkah kau merasa dunia terlalu kacau, penuh ketidakpastian, dan seringkali bertindak tidak adil kepadamu? Hidup adalah aliran peristiwa yang tidak bisa selalu kau kendalikan, tetapi satu hal yang pasti bisa kau kuasai adalah dirimu sendiri.
Filsafat Stoik mengajarkan bahwa kunci menuju kebahagiaan bukanlah mengubah dunia, tetapi mengubah bagaimana cara kita bereaksi terhadap dunia. Filsafat Stoik (Stoikisme) adalah aliran filsafat yang menekankan ketenangan batin, kebajikan, dan penerimaan terhadap hal-hal yang berada di luar kendali kita.
Stoikisme mengajarkan bahwa kita tidak bisa mengendalikan semua peristiwa yang terjadi di sekitar kita, tetapi kita dapat mengendalikan respons, pemikiran, dan sikap kita terhadapnya. Oleh karena itu, kebahagiaan dan ketenangan batin tidak bergantung pada faktor eksternal seperti kekayaan, status sosial, atau peristiwa yang tidak bisa dikendalikan, melainkan pada bagaimana kita meresponsnya secara rasional dan bijaksana.
Marcus Aurelius, seorang kaisar Romawi dan filsuf Stoik, pernah berkata, "Kebahagiaan hidupmu bergantung pada kualitas pikiranmu." Jika kau ingin meraih hidup yang damai dan berarti, mulailah dengan mengendalikan emosimu. Karena pada akhirnya, emosi bukanlah musuh, tetapi ujian bagi kebijaksanaanmu.
1. Memahami Emosi dalam Perspektif Stoik
Filsafat Stoik mengajarkan bahwa penderitaan sering kali berasal dari cara kita menafsirkan peristiwa, bukan dari peristiwa itu sendiri. Kita tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi di luar diri kita—orang lain, keadaan, dan bahkan tubuh kita sendiri bisa berubah tanpa kita kehendaki. Tetapi satu hal yang selalu berada dalam kendali kita adalah bagaimana kita memilih untuk bereaksi terhadap segala sesuatu.
Menurut Epictetus, "Bukan peristiwa yang mengganggumu, tetapi pendapatmu tentang peristiwa tersebut." Jika seseorang menghinamu, kau punya dua pilihan: tersinggung dan marah, atau menganggapnya sebagai suara angin lalu yang tak berarti. Di sinilah latihan mental Stoik bekerja: menyadari bahwa kita bisa memilih bagaimana merespons situasi.