Danau Ranamese: Permata Purba Berusia 13.000 Tahun di Jantung Hutan Manggarai Timur
- Arfan
NTT ViVa– Kabut tipis masih menggantung di antara pepohonan ketika langkah pertama saya menjejak tanah basah di jalur menuju Danau Ranamese. Suara burung-burung hutan berpadu dengan desir angin yang menggoyangkan dedaunan, menciptakan simfoni alami yang menggema di seluruh lembah.
Di balik rimbunnya pepohonan, danau itu seperti menanti, menyimpan rahasianya sendiri. Ada kisah purba dibalik terbentuknya Danau Ranamese, di Desa Golo Loni, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur, NTT yang berada dalam kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng seluas 32.245,6 Ha.
TWA terluas di Indonesia ini berada dibawah pengelolaan BKSDA NTT. Menyebut Danau Ranamese sebagai Danau Purba didasarkan pada catatan seorang peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jatmiko, di sela-sela kegiatan penelitian di Liang Bua 2012 lalu.
Jatmiko mengklaim bahwa terbentuknya Danau Ranamese ada hubungannya dengan punahnya spesies Homo Floresiensis. Tim penggalian tahun 2012 itu terdiri dari Thomas Sutikno, Jatmiko, Sri Warsito, Rokus Awe Due dari Puslit Arkenas, Matthew Tocheri, Mike Morwood. Dan tim peneliti ini dibantu oleh 41 orang lokal terlatih yang sudah bergabung dalam tim penggalian di Liang Bua sejak tahun 1979. Dikatakan Jatmiko, pihaknya juga meneliti terkait penyebab punahnya spesies Homo Floresiensis.
“Ada dugaan sementara punahnya spesies ini akibat letusan gunung berapi yang sangat dahsyat terjadi pada sekitar 13.000 tahun yang lalu. Diduga, letusan Gunung Tambora, atau Gunung Berapi yang kini menjadi Danau Toba ataukah yang paling mungkin Gunung Berapi di Flores yang kini menjadi Danau Rana Mese,” tungkap Jatmiko.
Dikatakan Jatmiko, dugaan itu didasarkan pada struktur lapisan tanah vulkanik setebal 80 cm yang ditemukan berada tepat diatas kerangka tulang Homo Floresiensis ditemukan.
Air terjun di Danau Rana Mese
- Arfan
Perjalanan Menuju Ranamese
Danau Ranamese adalah salah satu potensi alam utama dalam kawasan hutan Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng. Letaknya di 26 km sebelah timur kota Ruteng, persis di tepi jalan nasional trans Flores dengan kontur jalan berkelok di antara perbukitan hijau Manggarai Timur.
Kemudahan dalam mencapai danau seluas 5 hektar ini membuat siapapun bisa mengunjunginya, baik dengan mengendarai sepeda motor, mobil pribadi maupun kendaraan umum yang melintas menuju ke arah timur Flores.
Udara sejuk mulai menyelimuti tubuh begitu memasuki kawasan hutan lindung, memberi pertanda bahwa Danau Ranamese tak lagi jauh. Sesampainya di gerbang masuk, perjalanan harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang kadang licin oleh embun. Setiap langkah semakin mendekatkan saya pada pemandangan yang seolah berasal dari dunia lain.
Ketika akhirnya saya tiba, mata ini disambut oleh permukaan air yang tenang, memantulkan bayangan langit dan pepohonan tinggi yang mengelilinginya. Danau Ranamese, dengan warna hijau kebiruannya, tampak seperti sebuah cermin besar yang menyatu dengan alam sekitarnya.
Ekologi yang Kaya dan Terjaga
Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng merupakan hujan pegunungan yang terdiri dari tujuh puncak , yaitu Golo Ranamese ((1790 m), Poco Nembu (2030 m), Poco Mandosawu (2350 m), Poco Ranaka (2140 m), Golo Leda (1990 m), Ponte Nao (1920 m) dan Golo Curu Numbeng (1800 m). Wilayah ini merupakan sumber hidroorologis kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur.
Musim hujan biasanya mulai September sampai April selama ± 8 bulan. Suatu kegiatan koleksi tumbuhan dari daerah pegunungan Ruteng kabupaten Manggarai selama 25 tahun (1967-1992) telah didokumentasikan oleh Verheijen (1982,1984). Semua specimen telah dibuat catalog dan disimpan di Museum Leiden, Negeri Belanda. Terdapat 252 jenis tumbuhan tinggi dan tumbuhan rendah yang tercakup dalam 119 marga dan 94 suku.
Suku tumbuhan yang paling banyak jumlah jenisnya adalah Euphorbiaceae dan Lauraceae. Tipe hutan yang utama di dalam kawasan ialah hutan campuran sub-tropik (hutan basah dan hutan musiman) yang kaya akan jenis-jenis tumbuhan dan satwa.
Di Taman Wisata Alam Ruteng ini, Danau Rana Mese diapit Gunung Mandosawu (2.400 mdpl) puncak tertinggi di Manggarai Timur dan Gunung Ranaka (2.140 mdpl) puncak tertinggi kedua. Kedua gunung ini ada gunung berapi. Kawasan di wilayah ini dipenuhi berbagai flora dan fauna menemani sejuknya alam di kawasan ini.
Di balik kisah mistisnya, Danau Ranamese adalah ekosistem yang kaya dan berharga. Dikelilingi oleh hutan tropis yang lebat, kawasan ini menjadi rumah bagi beragam flora dan fauna endemik. Di pepohonan yang menjulang, burung-burung langka seperti gagak Flores dan serindit Wallace beterbangan bebas, sementara di semak-semak, suara serangga dan katak berpadu dalam harmoni alam. Air danau yang jernih menjadi habitat bagi berbagai spesies ikan dan biota air lainnya.
Tak jarang, warga sekitar yang datang hanya sekadar duduk di tepian, meresapi ketenangan dan menikmati kesegaran udara yang sulit ditemukan di tempat lain. Namun, meski keindahannya menawan, ancaman dari aktivitas manusia selalu ada.
Oleh karena itu, konservasi dan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan di Danau Ranamese menjadi tanggung jawab bersama. Pesona yang Tak Terlupakan Danau Ranamese bukan hanya destinasi bagi mereka yang mencari keindahan alam, tetapi juga bagi mereka yang ingin merasakan kedalaman kisah dan misteri yang menyelimutinya. Di sini, alam dan legenda berkelindan, menciptakan pengalaman yang sulit dilupakan.
Saat saya melangkah meninggalkan tepian danau, kabut mulai turun kembali, seakan-akan alam tengah menyelimuti keindahan ini dengan tabir rahasia yang hanya bisa dikuak oleh mereka yang datang dengan hati terbuka. Danau Ranamese, sebuah kisah yang hidup di antara pepohonan dan riak airnya, menunggu untuk diceritakan kembali kepada dunia.