Sikap Uskup-uskup di Bawah Provinsi Gerejawi Ende: Tolak Geotermal, Lebih Pro Pertanian!

Poster tolak geotermal dalam aksi demo di Kantor Bupati Manggarai
Sumber :
  • Jo Kenaru

NTT VIVA – Uskup-uskup di Provinsi Gerejawi Ende tampaknya bersikap pro terhadap penolakan eksploitasi geotermal di Flores dan Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Festival Lamaholot di Lembata Kembali Masuk Karisma Event Nusantara 2025, Wisata Tenun Jadi Daya Tarik Utama

Keprihatinan mereka terhadap konflik geotermal di Flores tertuang dalam Surat Gembala Pra-Paskah 2025 yang merupakan hasil dari Sidang Tahunan Para Uskup Provinsi Gereja Ende yang digelar di Seminari Tinggi Santu Petrus Ritapiret, Maumere, 10-13 Maret 2025. Poin-poin yang dihasilkan dalam sidang tahunan tersebut selanjutnya dibawa ke Konferensi Federasi Para Uskup se-Asia, pada 15 Maret 2025.

Enam uskup yang menandatangani surat tersebut adalah Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD (Uskup Agung Ende), Mgr. Silvester San (Uskup Denpasar), Mgr. Fransiskus Kopong Kung (Uskup Larantuka), Mgr. Siprianus Hormat (Uskup Ruteng), Mgr. Edwaldus Martinus Sedu (Uskup Maumere), dan Mgr. Maksimus Regus (Uskup Labuan Bajo).

Studi Banding Geotermal Memantik Dugaan Gratifikasi, Praktisi Hukum: Forkopimda Bisa Dituduh Mendapat Sesuatu

“Sebagai gembala, kami mengajak umat menyikapi tantangan sosial yang mengancam martabat kehidupan,” bunyi surat tersebut seperti dikutip NTT ViVa, Jumat, 21 Maret 2025.

Meskipun geotermal termasuk energi bersih ramah lingkungan, namun fakta menunjukkan bahwa banyak masyarakat merasa terancam oleh keputusan pemerintah telah menetapkan Flores sebagai Pulau Panas Bumi.

BPOLBF Luncurkan Program Industry Call: Perkuat Sinergi Industri Pariwisata Labuan Bajo

Gereja berpandangan, hal ini menimbulkan pertanyaan tentang dampak sebenarnya dari pengembangan geotermal di Flores dan bagaimana ruang hidup masyarakat dapat dilindungi. Alih-alih murah, penolakan eksploitasi geotermal justeru menggambarkan program itu dianggap mengancam ruang hidup masyarakat.

“Apakah kita membangun masa depan yang lebih baik atau justru merusaknya? Pulau-pulau kecil dengan ekosistem rapuh ini berisiko besar. Eksploitasi yang tidak bijaksana berdampak pada lingkungan, ketahanan pangan, keseimbangan sosial dan keberlanjutan kebudayaan,” kritik para uskup dalam surat gembala itu.

Halaman Selanjutnya
img_title