Ritus Teing Hang Ritual Wajib Tutup Tahun dan Pesan Melawan Lupa

Ritus Teing Hang
Sumber :
  • Jo Kenaru

Pesan melawan lupa

Salah satu penulis buku Ritus-Ritus Adat Manggarai, Kanisius Theobaldus Deki mengatakan, kekuatan ritual Teing Hang menitikberatkan pada sebuah keyakinan bahwa leluhur atau keluarga yang sudah meninggal adalah penyambung pesan orang hidup dan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Magister Teologi jebolan Sekolah Tinggi Filsafat Ledalero itu menerangkan, empo (leluhur) ataupun roh mama dan bapa (ende-ema) yang telah berpulang sebagai pengingat sanak keluarga yang masih hidup agar tidak boleh lupa bahwa hidup pada prinsipnya tak pernah final.

"Ritual teing hang empo pada acara tutup tahun di Manggarai adalah kenyataan tak terbantahkan tentang keterjalinan sejarah hidup manusia dan teori melawan lupa," ungkap Deki.

"Apakah yang terjadi jika ada amnesia kronis melanda manusia?. Semua kebaikan akan terhapus tanpa cerita. Bahkan kenangan akan kehilangan dayanya di hadapan kekuasaan peristiwa hidup yang terus berlanjut. Lebih lebih celaka lagi, orang tidak bisa belajar dari sejarah. Kesadaran akan kebaikan masa lalu menyebabkan muncul kerinduan untuk menulis sejarah sebuah upaya mencatat kembali apa yang terjadi di waktu lampau," sambungnya.

Dia menjelaskan, roh leluhur, ende agu ema (mama dan bapak) adalah bukti penciptaan yang berkesinambungan.

"Pertanyaan mengapa orang Manggarai masih terikat pada tradisi semacam itu?. Ritual Teing Hang pada galibnya adalah sebuah mimesis akan mengalirnya waktu dan peristiwa-peristiwa. Kebersamaan dalam situasi yang bahagia, kisah tentang keberhasilan dan kesuksesan bahkan kegagalan yang lalu memberi pesan kuat untuk lebih berusaha adalah tirisan refleksi pengikat memori," tekan Dosen STIE Karya Ruteng ini.