‘Kios Kasih’ Pj Bupati untuk Anak-anak Marta yang Ditahan Bunuh Suami demi Membela Diri

Boni Hasudungan menyerahkan barang kios untuk anak-anak Marta
Sumber :
  • Jo Kenaru

Manggarai Timur, VIVAMarta Semung ditahan di Polres Manggarai Timur Nusa Tenggara Timur sejak 12 Desember 2024.

Dituduh Berselingkuh, Kepsek SMAN 8 Borong dan Herlina Angkat Bicara: "Yasin Saik Sebar Fitnah!"

Perempuan 38 tahun itu menyerahkan diri ke polisi setelah memukul suaminya Yohanes Burfolmon alias Joni (47) hingga meninggal dunia.

Dalam berita, Kepolisian menyebut penganiayaan yang berujung matinya korban berpangkal dari tindakan kekerasan yang dilakukan korban terhadap Marta.

Polres Manggarai Timur Resmi Buka Hotline 110, Langkah Inovatif untuk Pelayanan Publik

Korban juga diketahui mengalami KDRT berulang-ulang kali tapi tidak melapor. Tak terhitung lagi kekerasan fisik yang dilakukan Joni terhadap Marta dan anak-anaknya.

Berdasarkan informasi, Marta kerap mendapat intimidasi den kekerasan verbal dari istri kedua Joni yang tinggal di kampung tetangga.

Dukungan untuk Marta

Terbongkar Jalur Masuk Rokok Ilegal di Manggarai, Warga:’Bea Cukai dan Polisi Membisu’

Sejak awal kasus ini bergulir, Marta justeru dipuji warganet. Tidak sedikit yang menganggap tindakannya itu hanya sebuah keterdesakan dan keterpaksaan untuk membela diri dari murka suaminya yang nyaris saja mengancam nyawa Marta.

Keributan Joni dan Marta terjadi di dekat tungku api di dapur saat Marta sedang menanak nasi. Malam itu sekira pukul 19.30 WITA, Joni pulang ke rumah dalam keadaan mabuk miras memaksa untuk berhubungan badan tapi Marta menolak karena dia sedang datang bulan.

Joni naik pitam dan menendang istrinya hingga terjatuh. Selain tendangan dan pukulan, Joni bahkan menghantam Marta dengan kayu. Namun pukulan Joni melenceng dan Marta berhasil merampas kayu tersebut.

Marta melawan dengan penuh kemarahan. Dengan kayu yang sama ia memukul Joni pada bagian kaki. Saat sudah terjatuh, Marta kembali memukul suaminya pada bagian kepala.

Media menulis, saat Joni terkapar, Marta tidak menolongnya tapi meninggalkan korban. Marta bergegas menyerahkan diri ke Polres Manggarai Timur membawa serta sebilah kayu sebagai barang bukti.

Polisi yang datang ke TKP mendapati Joni terkapar di samping rumahnya dalam kondisi sekarat. Joni dinyatakan meninggal saat dilarikan ke rumah sakit.

Joni meninggalkan delapan orang anak yang kini menjadi yatim. Lima anak merupakan darah daging Marta. Kemudian 3 anak lainnya hasil berpoligami. Anak-anak sambung itu selama ini diasuh Marta dengan penuh kasih seperti anaknya sendiri.

Bantuan mengalir

Rumah Marta di Kampung Golontoung, Kelurahan Rana Loba Kecamatan Borong saat ini ditinggali oleh anak tertua Ledi (18) yang putus sekolah bersama 2 adiknya Fano (11) dan Febri yang belum genap 7 tahun.  

Sejumlah tokoh yang berempati antara lain Kapolres Manggarai Timur AKBP Suryanto dan Ketua Bhayangkari Megawati Suryanto yang sejak kasus ini begulir mengantar bantuan.

Tidak saja membantu sembako dan uang jajan, AKBP Suryanto bahkan melunasi utang yang dipinjam Marta dari sebuah koperasi mingguan berjumlah Rp2.800.000.

Kisah Marta kian viral setelah konten kreator menayangkan sosok anak bungsunya Febri di TikTok yang ramai dengan tagar #DoaUntukFebri, yang telah dilihat jutaan kali.

 

Kios Kasih milik anak-anak Marta

Photo :
  • -

 

Kios Kasih

Penjabat Bupati Manggarai Timur, Boni Hasudungan juga tergerak membantu dengan cara berbeda. Ia membuka usaha kios untuk anak-anak Marta.

Boni tidak memberikan uang tapi langsung menyediakan barang-barang kios. Kios yang menggunakan rumah tinggal anak-anak Marta dikasih nama “Kios Kasih”

“Biasanya ada kasus-kasus seperti ini cukup banyak bantuan ya. Ada dari kelompok-kelompok tertentu dari orang-orang tertentu tapi biasanya semakin lama semakin kurang begitu. Sementara kesusahan ini kan berlanjut ya masih cukup panjang sampai Ibu Martha pulangnya kapan kita tidak tahu,” kata Boni Hasudungan dihubungi, Senin 10 Februari 2025.

Menurutnya, usaha kecil-kecilan yang disediakan untuk anak-anak Marta sekaligus untuk mengajari Febri dan kakaknya bertanggung jawab dan mandiri.

“Saya pikir adanya suatu unit usaha yang bisa bertumbuh artinya agar bisa mandiri lah ya. Maka kita buatkan satu unit usaha kios yang kalau dikelola dengan baik mereka bisa mandiri begitu pertimbangannya,” ucap Hasudungan.

Kios Kasih, terang Hasudungan akan didampingi, sampai anak-anak Marta bisa mengelolanya sendiri.

“Ada pendampingan saya minta tolong Ibu Ratna. Kebetulan Ibu Ratna juga bergerak di bidang sosial. Kebetulan etalase yang tidak dipakai dari Ibu Ratna. Saya cuma isinya saja. Jadi ke depan pendampingannya dari Ibu Ratna,” imbuhnya.

Penjabat Bupati yang sudah setahun memimpin Manggarai Timur ini juga akan mengupayakan pendidikan untuk Febri dan kakaknya agar tidak putus sekolah.

“Itu kita pikirkan (pendidikan) karena ada anak-anak yang sementara sekolah. Ada juga yang belum sekolah. Febri belum sekolah kita bantulah,” lanjut Boni.

Eks Sekda Manggarai Timur ini sedang pula mengupayakan benih hortikultura untuk anak-anak Marta memanfaatkan lahan kecil di belakang rumah mereka mengingat Febri dan dua orang kakaknya selama ini biasa berjualan sayur keliling, sayu yang ditanam Marta.

“Saya juga kemarin minta tolong ke yang dari Kementerian Sosial (Efata) di Kota Kupang karena anak-anak itu juga bertani toh di belakang nanti kita minta tolong bantuan benih sayur dan peralatannya. Semoga sayurnya jalan karena selama ini juga kan mereka jualan kita bantu lagi dengan kiosnya,” tutup Boni Hasudungan.

Advokasi dan pendampingan anak-anak Marta

Kasus Marta sejak awal dalam dampingan JPIC SVD Ruteng. Tim advokasi yang terdiri dari Maria G.S Ratna, Herimanto dan Bony selaku pengacara mengawal kasus Marta Senung selama berproses di Polres Manggarai Timur hingga nanti disidang di PN Ruteng.

Maria G.S Ratna membimbing anak-anak Marta mengelola Kios Kasih. Ratna yang akan mengontrol pembelanjaan barang dan penjualan barang.

“Mereka baru belanja lagi saya sudah kasih tahu om Pit itu bapa kecilnya Febri saya cek barang-barang yang terjual apa-apa saja kemudian dari uang itu saya suruh belanja lagi,” kata Ratna dihubungi terpisah.

“Sudah ada perputaran uang karena mereka ada belanja barang baru. Saya cek dibuku kemarin saya minta Ledia nak tertua yang putus sekolah supaya dia yang belanja dan minta nota belanjanya harga berapa sehingga kita prediksi harga jualnya berapa,” tambahnya.

Ratna menyampaikan bakal menambah usaha ikan lele untuk anak-anak Marta.

“Ke depan kita upayakan usaha pelihara ikan lele. Kita ada pesan 1000 bibit ikan lele. Tugas kita membimbing supaya anak-anak Ibu Marta ini bisa mandiri,” cetus dia.

Mengajarkan anak-anak mandiri

Menurut Ratna, Marta dikenal sebagai sosok pekerja keras. Dia mengajarkan anak-anaknya cara mendapatkan uang dengan menjual sayur keliling.

“Itu ada 3 anaknya yang di rumah ada Ledi yang sudah 18 tahun putus sekolah hanya sampai SMP karena faktor ekonomi. Kemudian yang kedua Fino kelas 6 SD dan bungsu Febri yang usianya jalan 7 tahun. Febri masuk sekolah tahun ini. Jadi 3 anak itu terbiasa mandiri. Biasa jualan sayur keliling,” tutur Ratna.

“Ketiga anak-anak ini sudah mandiri ketika orang tua mereka masih ada. Sore jelang malam saat kejadian mereka belum pulang masih jualan sayur. Pagi mereka makan sama-sama siang masih sama-sama dan siang itu Pak Yohanes ke pangkalan travel minum mabuk dengan temannya, sedangkan Ibu Marta pergi petik sayur untuk dijual sama anak-anaknya sore jual kangkung dan terong,” imbuhnya.

Marta sendiri tidak memiliki lahan, hanya menggarap kebun milik orang lain. Sedangkan suaminya Joni semasa hidupnya hanya menikmati kesenangannya sendiri.

“Ibu Marta sangat rajin. Mengajarkan anak-anaknya jualan meskipun masih dibawah umur,” tutup Ratna.