Menteri Agama Minta Ajarkan Nilai Moderat Sejak Usia Dini
- Mikael Risdiyanto
NTT VIVA – Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A., mengingatkan pentingnya penanaman nilai-nilai moderasi beragama sejak usia dini dalam membentuk karakter generasi masa depan.
Hal itu disampaikannya dalam kegiatan Pesantren Kilat (Sanlat) yang berlangsung pada 21–23 Maret 2025 di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Kegiatan Sanlat ini diselenggarakan The Nusa Institut bekerja sama dengan Kementerian Agama Republik Indonesia, Badan Pengelola Masjid Istiqlal, Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar Office, dan Istiqlal Global Fund.
Dalam sambutannya, Nasaruddin Umar mengatakan, pendidikan nilai moderasi harus dimulai sejak anak-anak. Menurutnya, ajaran Islam yang rahmatan lil alamin menekankan keseimbangan, keadilan, dan toleransi, nilai-nilai yang harus ditanamkan sejak usia dini agar generasi muda dapat tumbuh menjadi pribadi yang bijak dalam menyikapi perbedaan.
“Nilai-nilai moderat harus diajarkan sejak kecil. Jika anak-anak kita sudah terbiasa dengan sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan, maka bangsa ini akan kuat menghadapi berbagai tantangan zaman,” ungkapnya di hadapan peserta Sanlat.
Kegiatan Sanlat ini diikuti oleh 39 peserta berusia mulai dari 12 tahun hingga 18 tahun, yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan daerah. Para peserta tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, mulai dari materi keagamaan, diskusi sosial, hingga literasi ekonomi.
Acara dibuka oleh Dr. Saifuddin Zuhri, M.A., Direktur The Nusa Institut, yang menerangkan bahwa kegiatan ini bertujuan membentuk generasi ulama muda yang tidak hanya memahami ajaran Islam secara mendalam, tetapi juga mampu memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan bangsa.
“Kita ingin melahirkan pemimpin masa depan yang berakhlak mulia, cerdas, dan punya kesadaran sosial tinggi,” katanya.
Salah satu sesi yang menarik perhatian peserta adalah pemaparan dari Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, yang membawakan materi 'Pengenalan Jenis-jenis Uang.'
Dalam sesi ini, Destry menjelaskan sejarah dan perkembangan uang dari masa ke masa, jenis-jenis uang, termasuk peran uang digital dalam kehidupan modern.
Peserta menunjukkan antusiasme tinggi dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada Destry mengenai keaslian uang, peredaran uang digital, hingga peran BI dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. Suasana diskusi berlangsung interaktif dan penuh semangat.
“Santri dan generasi muda harus memahami literasi keuangan sejak dini. Pemahaman ini penting agar mereka bisa bijak mengelola keuangan dan terlibat aktif dalam pembangunan ekonomi yang inklusif,” ungkap Destry.
Kegiatan Sanlat juga diisi dengan materi keagamaan dari para tokoh agama nasional, termasuk pembelajaran akhlak, kepemimpinan, dan peran ulama dalam merawat persatuan bangsa. Peserta dilibatkan dalam diskusi, simulasi peran sosial ulama, serta aktivitas ibadah bersama yang memperkuat nilai spiritual dan kebangsaan.
Menteri Agama Nasaruddin Umar menutup kegiatan ini dengan menyampaikan harapannya agar peserta Sanlat menjadi pionir moderasi beragama di lingkungan masing-masing.
"Kalian adalah generasi penerus yang akan menjaga dan membimbing umat. Bawalah Islam yang damai dan toleran ke tengah masyarakat,” pesannya.