Prevalensi Merokok Sulit Turun, Apa Kata Pakar?

Ilustrasi produk tembakau (Rokok)
Sumber :
  • Pinterest

VIVA NTT - Meski berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan lembaga kesehatan, prevalensi merokok di Indonesia masih sulit menurun. Hal ini menjadi perhatian serius para pakar kesehatan yang menilai bahwa tingginya angka perokok bukan hanya persoalan individu, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, dan kebijakan yang belum maksimal.

Ingin Sehat Tanpa Cedera? Ganti Jogging dengan Jalan Kaki

Pakar kesehatan Prof. Tikki Pangestu mengungkapkan bahwa terdapat tiga faktor utama yang menghambat efektivitas penerapan strategi pengurangan risiko tembakau, yang pada akhirnya berdampak pada lambatnya penurunan angka perokok di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Menurutnya, salah satu hambatan utama datang dari kelompok pengendalian tembakau yang sangat menolak pendekatan pengurangan risiko. Kelompok ini cenderung hanya menekankan kebijakan pelarangan dan pembatasan, tanpa memberikan ruang atau solusi bagi perokok yang ingin beralih ke alternatif produk yang memiliki risiko kesehatan lebih rendah.

Sering Diabaikan! Inilah Tanda-tanda Nasi Basi yang Bisa Sebabkan Keracunan

Faktor kedua yang disoroti adalah pandangan resmi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Prof. Tikki Pangestu menjelaskan bahwa negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah cenderung mengikuti arah kebijakan WHO, yang hingga kini masih menolak pendekatan pengurangan risiko tembakau.

Akibatnya, banyak negara dalam kategori tersebut kesulitan untuk secara objektif mengevaluasi potensi manfaat dari penerapan strategi pengurangan risiko melalui pemanfaatan produk tembakau alternatif.

Berikut 8 Manfaat Tidur Menghadap ke Sebelah Kiri untuk Kesehatan

Faktor ketiga yang menjadi penghambat adalah penyebaran informasi yang keliru mengenai produk tembakau alternatif. Hal ini membuat banyak pemerintah dan lembaga kesehatan enggan membuka diri terhadap kemungkinan manfaat dari produk-produk tersebut.

Prof. Tikki Pangestu menyebutkan bahwa salah satu bentuk misinformasi yang paling sering ditemui adalah anggapan keliru bahwa produk tembakau alternatif menimbulkan risiko kesehatan yang setara dengan rokok konvensional.

Halaman Selanjutnya
img_title