Toxic People: Bayangan dalam Relasi dan 5 Jalan Menuju Kejernihan Diri

Ilustrasi
Sumber :
  • Istock

NTT ViVa– Dalam perjalanan hidup, manusia adalah makhluk relasional. Kita membangun rumah dalam percakapan, bernafas melalui pertemanan, dan menemukan cermin diri dalam tatapan orang lain. Namun tak semua relasi melahirkan kebahagiaan. Ada yang menyerap cahaya seperti lubang hitam. Mereka disebut toxic people — orang-orang yang secara sadar atau tidak, membawa racun ke dalam batin kita. Mereka hadir dalam bentuk kritik yang membunuh percaya diri, dalam kehadiran yang penuh manipulasi, atau dalam ketidakhadiran yang disengaja saat kita sangat membutuhkannya.

Umat Katolik Sumba Berduka, Rayakan Misa Khusus untuk Mendiang Paus Fransiskus

Toxic people bukan selalu mereka yang jahat, tapi bisa jadi mereka adalah orang-orang yang terluka dan belum menyembuhkan dirinya sendiri. Namun luka yang tidak diolah, acapkali menjadi senjata yang menyakiti orang lain.

Siapa Itu Toxic People?

Secara sederhana, toxic people adalah individu yang perilakunya secara konsisten merugikan kesehatan emosional, mental, atau bahkan fisik orang lain. Mereka seringkali bersikap manipulatif, suka mengontrol, merasa selalu benar, atau menguras energi kita dengan drama dan konflik yang tak perlu. Namun yang lebih penting dari definisi psikologisnya adalah bagaimana mereka memengaruhi rasa menjadi manusia dalam diri kita.

Dua Hari Lagi! Pemkab Manggarai Timur Siap Gelar Festival Pantai Ligota 2025

Berhadapan dengan orang beracun ibarat berdiri di tengah kabut. Pandangan kita mulai buram, nafas terasa berat, dan perlahan kita lupa bahwa kita pernah bersinar. Mereka bisa membuat kita meragukan nilai diri, membenarkan kesalahan mereka atas nama cinta atau pertemanan, atau menciptakan rasa bersalah ketika kita mulai memilih diri sendiri.

Namun, seperti kabut, racun ini pun bisa diatasi. Dan setiap manusia, sejatinya, punya pilihan untuk keluar dari pusaran itu. Berikut adalah lima cara bijak dan filosofis untuk menghadapi toxic people tanpa kehilangan nurani.

Perempuan Bukan Kata Sifat: Menyelami Makna dan Meruntuhkan Batas Imajinasi

1. Mengenali dan Menerima: Menyebut Racun dengan Namanya Langkah pertama dalam menghadapi racun adalah mengenalinya. Seperti filsuf Socrates yang berkata, “Pengetahuan sejati dimulai dari pengakuan bahwa kita tidak tahu,” demikian pula penyembuhan dimulai saat kita berani mengakui bahwa ada sesuatu yang salah.

Halaman Selanjutnya
img_title