Natas Labar Motang Rua: Menata Peradaban dari Jantung Kota Ruteng
NTT ViVa– Langit Ruteng cerah pada Jumat pagi, 11 April 2025. Kota di atas awan itu seakan tahu bahwa hari itu bukan hari biasa. Dari arah kantor bupati menuju pusat kota, orang-orang berdatangan. Mereka tak sekadar hadir, tetapi menjemput harapan baru di sebuah ruang yang kelak akan menjadi saksi bagi langkah-langkah peradaban: Taman Kota Natas Labar Motang Rua dan Skywalk Ruteng, yang diresmikan langsung oleh Gubernur NTT Melki Laka Lena, bersama Bupati Manggarai Herybertus G.L. Nabit, Wakil Bupati Fabianus Abu, Ketua DPRD, dan para tokoh Forkopimda.
Di bawah iringan live music yang mengalun lembut, semesta seperti bersaksi: Manggarai kini memiliki ruang publik yang bukan hanya fisik, tetapi juga filosofis. Sebuah taman, sebuah skywalk, dan sebuah tekad untuk menempatkan manusia kembali ke pusat ruang dan perhatian.
Peresmian Natas Labar Ruteng oleh Gubernur NTT Melki Laka Lena
- Arfan
Filosofi Natas Labar
Dalam Budaya Manggarai Natas Labar adalah sebuah konsep yang mengandung kedalaman filosofi dalam budaya Manggarai, yang mencerminkan hubungan manusia dengan ruang sosial dan alam sekitarnya. Secara harfiah, Natas berarti halaman atau pelataran, sedangkan Labar berarti bermain. Bersama-sama, Natas Labar bisa diartikan sebagai halaman yang luas atau ruang yang terbuka untuk bermain, sebuah simbol dari ruang yang menampung segala interaksi sosial dan kegiatan bersama.
1. Ruang Kehidupan Bersama Dalam budaya Manggarai
Natas Labar bukan sekadar fisik atau ruang luar, melainkan sebuah ruang sosial yang mengundang setiap orang untuk berkumpul, berinteraksi, dan berbagi. Halaman kampung (Natas) adalah tempat pertama bagi seseorang untuk belajar berinteraksi dengan dunia luar. Ini adalah ruang yang memberi kesempatan bagi orang-orang untuk saling mengenal, berbicara, dan memecahkan masalah bersama. Filosofi ini mengajarkan bahwa kehidupan yang baik dimulai dari ruang sosial yang inklusif, terbuka, dan bisa diakses oleh semua pihak.