Pendidikan sebagai Mesin Pembangunan: Tatap Muka Gubernur NTT dan Harapan Baru dari Manggarai

Gubernur NTT Melki Laka Lena serahkan bantuan pendidikan untuk SMA dan SMK di Manggarai.
Sumber :
  • Arfan

NTT ViVa– Malam itu, Jumat, 11 April 2025, di Aula SMAN 1 Langke Rembong tak sekadar menjadi ruang pertemuan. Ia berubah menjadi ruang harapan, ketika Gubernur NTT, Melki Laka Lena, berdiri di tengah pengawas, kepala sekolah, guru, dan siswa dari seluruh SMA, SMK, hingga SLB se-Kabupaten Manggarai. Dalam tatap muka yang hangat namun sarat makna itu, dibicarakan bukan hanya soal anggaran pendidikan, tetapi arah masa depan generasi NTT.

Cinta dalam Derita: Kisah Haru Mama Emeresiana Merawat Suami yang Dipasung

Gubernur menyerahkan secara simbolis DAK dan DAU Spesifik Grant Tahun Anggaran 2025 senilai Rp 3.704.000.000 untuk sektor pendidikan menengah. Namun lebih dari sekadar angka, yang dibagikan malam itu adalah semangat: bahwa pendidikan harus menjadi mesin pembangunan, bukan sekadar institusi yang menghasilkan ijazah.

"Kami ingin sekolah tidak hanya mencetak lulusan yang cerdas, tapi juga yang tangguh, produktif, dan peduli. Anak-anak kita harus bisa menjawab masalah stunting, membantu di sektor pertanian dan perikanan, dan hadir dalam kehidupan nyata masyarakat," ujar Melki Laka Lena dengan nada penuh keyakinan.

Menghidupkan Pendidikan yang Membumi

Rumah Reyot dan Harapan Esilia: 25 Tahun dalam Sunyi dan Kemiskinan

Langkah ini bukan tanpa dasar. Menghadapi tantangan stunting, kemiskinan ekstrem, hingga rendahnya produktivitas lokal, pendidikan tak bisa lagi terkurung dalam tembok ruang kelas. Gubernur mendorong agar kurikulum SMA, SMK, dan SLB disesuaikan dengan potensi lokal: pertanian, peternakan, perikanan, dan bahkan teknologi tepat guna berbasis desa.

Paulo Freire, dalam pemikirannya tentang pedagogi kaum tertindas, menekankan pentingnya pendidikan yang membebaskan. Pendidikan sejati, kata Freire, adalah yang mampu membuat peserta didik menjadi subjek yang sadar akan realitasnya dan terlibat aktif mengubahnya.

AI dan Dilema Eksistensial Manusia

Semangat inilah yang ingin dihidupkan di NTT. Siswa dan guru diajak tidak hanya belajar dari buku, tetapi dari ladang, kolam, dan dapur masyarakat. Pendidikan menjadi jalan pulang ke akar, bukan jalan menjauh dari kampung halaman.

Halaman Selanjutnya
img_title