Konsep Kembali ke Fitrah 5 Agama Besar: Mencari Makna Sejati
- Freepik
Kembali ke fitrah berarti kembali ke kasih Tuhan. Yesus Kristus menekankan bahwa manusia harus kembali seperti anak kecil untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah (Matius 18:3). Ini berarti memiliki ketulusan, kepercayaan, dan ketergantungan penuh pada Tuhan. Di dunia modern, pencarian identitas sering menjauhkan manusia dari nilai-nilai spiritual karena dikepung oleh materialisme dan individualisme. Banyak yang mencari makna dalam pencapaian pribadi, namun tetap merasa kosong.
Kembali ke fitrah dalam Kristen berarti kembali pada kasih, pelayanan, dan hubungan yang mendalam dengan Tuhan serta sesama.
3. Hindu: Moksha sebagai Kebebasan dari Ilusi Identitas Duniawi Dalam Hindu
Konsep Swadharma dan Moksha menunjukkan bahwa manusia memiliki tugas spiritual untuk menemukan dirinya yang sejati. Identitas duniawi—status sosial, pekerjaan, atau bahkan nama—hanyalah ilusi (Maya). Di era modern, orang sering mendefinisikan diri berdasarkan jabatan, kekayaan, atau kelompok sosial, yang justru menambah penderitaan. Pencarian identitas yang didasarkan pada ego akan selalu menemui kehampaan. Kembali ke fitrah dalam Hindu berarti memahami bahwa diri sejati (Atman) adalah bagian dari Brahman (sumber kehidupan), sehingga manusia harus hidup dalam harmoni dengan dharma dan melepaskan keterikatan duniawi.
4. Buddha: Melepaskan Ego untuk Menemukan Kedamaian
Buddhisme mengajarkan bahwa penderitaan berasal dari keterikatan terhadap identitas yang semu. Manusia sering mencari makna dengan membangun citra diri, tetapi justru makin terikat dengan ego. Konsep Anatta (ketiadaan diri) dalam Buddha menunjukkan bahwa identitas hanyalah konstruksi pikiran yang terus berubah. Seseorang tidak akan menemukan makna sejati jika terus-menerus mencari label atau kategori untuk mendefinisikan dirinya. Kembali ke fitrah dalam Buddhisme berarti hidup dalam kesadaran penuh (mindfulness), melepaskan ego, dan menemukan kebahagiaan dalam ketenangan batin.